Langsung ke konten utama

Liburan ke Banyuwangi, Paket Lengkap Perjalanan Wisata Alam

Perjalanan direncanakan ketika kami sibuk-sibuknya mengejar cinTA sebagai "hadiah" untuk diri sendiri ketika cinTA tersebut berhasil didapatkan. Tanggal keberangkatan baru ditetapkan H-2, yaitu tanggan 10-11 Agustus 2014. Di perjalanan ke ujung Pulau Jawa ini, kami mengunjungi tiga tempat pariwisata dengan suasana yang berbeda-beda, yaitu Taman Nasional Baluran, Kawah Ijen, dan Pantai Pulau Merah. Anggota yang berangkat ada 8 orang, yaitu saya, +Awalia Harfiani+Nada Haroen+Fadlika Dita Nurjanto+muh fadjar+Fahmi Hidayatullah+Ardian Yusuf Wicaksono dan +jalu nusantara.

Keberangkatan dimulai pukul 08.00 WITC dengan menggunakan satu mobil anyar Avanza dengan bawaan satu ransel untuk tiap anak. Tidak perlu bawa banyak-banyak, karena acaranya cuma dua hari dan yang namanya anak teknik itu pasti mengedepankan kepraktisan daripada gaya. Formasi duduk menggunakan formasi 2-3-3. Para wanita ditempatkan di tengah karena ada yang sukanya mabuk sehingga para pria merelakan kakinya kesempitan selama perjalanan dua hari itu. Thanks yo rek :D

Destinasi pertama adalah Taman Nasional Baluran. Kami sampai di pintu gerbang sekitar pukul 15.30 WIB. Yang menarik di Taman Nasional ini, kami bisa melihat berbagai macam ekosistem di satu wilayah. Ada hutan kemarau, hutan yang selalu hijau atau kalau disana disebut "evergreen", padang savana, dan pantai. Transisi antara hutan kemarau dan hutan hujan seperti ada garis lurus yang memisahkan dua ekosistem tersebut. Saking cepatnya perubahan, sampai-sampai tidak sempat memotretnya. Di hutan ini, kami menemukan ayam hutan dan monyet-monyet berkeliaran. Di ekosistem savana, kami melihat banteng dan rusa berlarian. rasanya seperti berada di savana afrika. Perjalanan diteruskan hingga berhenti di Pantai Bama. Di sana banyak monyet berkeliaran seperti yang ada di Sangeh, Bali. Nada yang ketakutan ingin cepat-cepat kabur dari tempat itu, apalagi karena terlalu sore, air laut sedang surut sehingga pemandangannya kurang bagus untuk dinikmati.
*pohon kesepian di antara savana*

Tempat penjelajahan berikutnya adalah Kawah Ijen. Dari Baluran, kami singgah terlebih dahulu di rumah Fahmi untuk melepaskan penat sejenak setelah perjalanan dari Surabaya-Banyuwangi yang cukup panjang dan menyiapkan tenaga untuk tracking ke Kawah Ijen. Pukul 23.00 kami berangkat dari rumah Fahmi menuju Paltuding, tempat terakhir kita bisa menggunakan kendaraan. 

Dari Paltuding, kami mulai naik pukul 01.30 WIB. Hawa di Paltidung saja sudah bikin gemeteran saking dinginnya (lebay). Perjalanan menuju ke Kawah Ijen cukup sulit, apalagi buat saya yang udah gak pernah olahraga lagi. Saya harus mengatur nafas supaya bisa stabil. Kira-kira pukul 04.00, kami berhasil sampai puncak. Tujuan utama kami adalah melihat blue fire. Dengan motto "diam kedinginan atau jalan pegal", kami mulai menuruni kembali gunung supaya dapat melihat blue fire dengan jelas. Jalan bebatuan sangat menyulitkan saya untuk turun ke bawah. Alhamdulillah, kami semua bisa turun dan melihat blue fire dengan cukup jelas. Beberapa menit kemudian, arah angin berganti arah. Asap belerang menuju ke arah kami. Kami segera bersiap-siap untuk naik lagi ke atas untuk menunggu sunrise. Gangguan yang muncul saat naik ke atas adalah turunnya gerimis yang bikin was-was takut kegelincir dan bikin badan tambah kedinginan.

 *blue fire*

Sampai di puncak, angin bertiup semakin kencang dan gerimis belum berhenti. Kami mencari spot untuk sholat dan berlindung dari tiupan angin sambil menunggu sunrise datang. Akhirnya kami menemukan cekungan yang cukup untuk menghalau angin. Kami sholat dan beristirahat di situ. Berada di atas gunung, angin bertiup, dan gerimis membuat suhu menjadi "duingiiinn". Dinginnya itu sampai bikin tangan dan kaki kaku. Lebih dingin dari waktu saya sys di desa Pungging. Jam sudah menunjukkan 05.30 WIB tapi gerimis masih turun dan kabut masih menutupi pemandangan sekitar. Matahari tidak menunjukkan tanda-tandanya sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Paltuding. Dalam perjalanan ke bawah, saya dan teman-teman berpapasan dengan banyak bule, dari yang seumuran anak SD sampai yang sudah tua. Jumlahnya melebihi turis domestik yang naik. Kalau kata Fahmi, ini gara-gara ada acara tahunan di Bromo, jadi sambil nunggu acara tersebut, mereka naik ke Ijen. Kami sampai ke Paltidung pukul 08.00 WIB dan langsung turun kembali ke Banyuwangi. Turun dari Ijen, kami sarapan terlebih dahulu di Nasi Tempong. Nasi Tempong terdiri dari nasi, lauk, lalapan, dan sambal yang super pedas. Seperti biasa, sambalnya cuma saya cocol karena tidak tahan pedas. 
 *sempatkan narsis walau kedinginan*

 Destinasi terakhir adalah Pantai Pulau Merah. Pantai Pulau Merah termasuk pantai selatan Pulau Jawa yang artinya memiliki ombak yang cukup besar sehingga tidak cocok untuk dibuat mandi. Menurut informasi, pantai ini cocok untuk dibuat surfing, namun tidak ada orang yang surfing ketika kami ke sana. Pantai Pulau Merah baru dibuka dua tahun yang lalu. Pasir di pantai ini putih bersih. Hampir tidak ada sampah yang berserakan dan yang penting adalah sepi pengunjung. Bersihnya pantai dan sepinya pengunjung membuat kita bisa menikmati pemandangan semaksimal mungkin. Luas pesisir yang ditutupi pasir putih cukup panjang. Jadi kita bisa berjalan di pinggir pantai dari ujung ke ujung menikmati deburan ombak yang sesekali sampai ke kaki kita. Recommended lah pokoknya.

*Pantai Pulau Merah*

Setelah cukup puas di Pantai Pulau Merah, kami berangkat menuju rumah neneknya Fadjar yang tidak jauh dari pantai untuk membersihkan diri dari campuran antara belerang, pasir, dan air laut. Pukul 17.30 WIB kami bersiap bertolak kembali ke Surabaya untuk menghadapi rutinitas seperti biasa. Perjalanan pulang menghabiskan waktu hampir 24 jam gara-gara terjebak macet dan sopir yang ngantuk gara-gara jadi single fighter sopir perjalanan liburan ini. Dengan sampainya kami di Surabaya menandakan perjalanan telah berakhir. Alhamdulillah bisa pulang dengan selamat dan pengalaman baru yang berharga. Sekarang waktunya fokus ke rencana-rencana yang belum terselesaikan lainnya :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Kenapa? Series 01] Kenapa rambut ahjumma di korea mayoritas keriting?

Ahjumma (hangeul: 아줌마) adalah panggilan tante atau bibi dalam bahasa korea. Arti sebenarnya adalah wanita yang menikah. Jadi walaupun masih umur 20, kalau udah nikah, bisa dipanggil ahjumma. Kalau sudah dipanggil ahjumma tuh rasanya sudah berasa tua. Kalian-kalian yang sering nonton drama korea mungkin tahu panggilan ini. Sejak saya datang di Korea dan melihat sekeliling, banyak sekali orang tua di sini. Apalagi kata temen korea saya, Busan sudah disebut kota tua. Gara-gara anak mudanya pada ke Seoul semua. Bagaimana penampakan orang tua, khusunya ahjumma di sini? penampakannya kayak gambar di bawah. Gambar ini merupakan gambaran ahjumma pada tahun 1988. Tahun 2016 pun style rambutnya ternyata tidak berubah, yaitu pendek dan dikeriting. Kenapa? *Gambaran Ahjumma di Korea* source: google  Setelah saya bertanya kepada beberapa narasumber, ada beberapa jawaban yang didapat. Yang pertama menunjukkan kalau dia itu sudah tua dan patut dihormati. Dan seperti emak-emak di Indone...

Dari Komik hingga Pengembangan Diri, Inilah Bacaaan Saya Dari Waktu ke Waktu

Kalau ditanya orang apakah hobi saya, biasanya saya jawab olahraga, nonton drama, dan membaca buku. Yang tetap konsisten dari kecil sampai sekarang adalah membaca. Olahraga sebenarnya oke-oke saja kalau diajak tapi motivasi diri semakin menurut sejak menginjak bangku kuliah. Sedangkan nonton drama baru diseriusi saat bangku kuliah dimana akses internet melimpah.  Setelah saya merenung sambil goler-goler di kasur serta dipicu dengan selesai mendengarkan podcast Raditya Dika tentang komik, saya ingin menelusuri bacaan apa saja yang saya konsumsi yang turut serta membentuk pribadi saya. Dimulai dari jaman TK sampai saat ini.  Masa Kecil Ingatan pertama saya tentang buku adalah komik Dragon Ball yang komiknya masih saya simpan sampai sekarang. Seingat saya, saya rewel pengen dibelikan komik padahal saat itu saya belum bisa baca. Akhirnya setelah dibelikan ya minta tolong dibacakan sambil memperhatikan gambarnya yang bagus. Kejadian ini terjadi saat saya masih TK. Dragon Ball menga...

Jepang, Finally...

Tiga tahun yang lalu, demi memenuhi kelengkapan data, untuk pertama kalinya saya mbolang sendirian ke luar kota. Kota tersebut adalah blitar. Tujuan saya adalah mengumpulkan data dan foto-foto di museum bung karno untuk PKM tim saya yaitu APIUS. Dari situ saya mulai merencanakan rute perjalanan, transportasi yang digunakan, dan lain-lain. Namanya juga pertama kali, saya pasti was-was. Sempat nyasar juga dan harus bertanya sana-sini saat berencana untuk pulang. Mbolang berikutnya adalah di Chengdu, China. Kalo dulu ke luar kota sendiri, ini ke luar negeri sendiri, kota yang baru saja didengar, dan tanpa kenalan di sana. Cerita lengkap bisa dilihat di sini dan sini. Dari situ saya belajar mengatur perjalanan, dari transportasi, penginapan, tempat tujuan, dan biaya yang dikeluarkan. Tepat di hari kemerdekaan tahun ini, alhamdulillah saya mbolang lagi, dan lagi-lagi sendirian, ke negara impian sejak kecil, yaitu Jepang. Tepatnya saya mbolang ke Kyoto dan Osaka. Banyak cerita yang ...