Langsung ke konten utama

Liburan Berkedok Konferensi, Chengdu, China

Ni Hao!
Tanggal 19-22 Desember 2015, saya diberi kesempatan untuk liburan berkedok konferesensi di Chengdu, China. Tau Chengdu? Saya juga gak tahu sebelum diberitahu Prof buat presentasi ke sana. Setelah tahu saya ditugaskan ke China langsung dagdigdug. Karena yang saya tahu, China itu negara minoritas muslim, bahasa sehari-hari full mandarin, akses internet terbatas, banyak tipuan-tipuan buat turis di sana, dan yang paling bikin dagdigdug adalah pergi seorang diri.

Saya ingin menyiapkan sebaik-baiknya perjalanan untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi di Chengdu. Mulai dari booking tiket pesawat, booking hotel, dari terminal ke hotel mau naik apa, makanannya bagaimana, dan mau kemana aja kalau ada waktu bebas. Untuk pesawat, saya memutuskan untuk naik Air China, mereka menyediakan makanan halal saat penerbangan. Untuk penginapan, saya membooking 2 tempat, Hongqi Hotel untuk konferensi dan Lazy Bones Hostel untuk liburan. Saya membooking dua tempat karena tempat konferensinya di Chengdu coret, jauh dari tempat wisata manapun. saya membooking melalui elong untuk hongqi dan booking.com untuk Lazy Bones Hotel. Elong cocok untuk yang mencari hotel di China yang biasanya tidak ditemukan di website booking hotel lainnya, sedangkan booking.com sudah populer, jadi tidak perlu saya bahas.

Tanggal 18 naik pesawat dari Busan dan sampai di Chendu sekitar pukul 20.00. Berbekal print-printan alamat dan peta hotel, dengan pedenya naik taksi dan tunjukin alamat dan peta. Mas sopirnya terus ngomong pake bahasa China. Saya gak paham dan cuma bilang oke-oke aja. Kayaknya masnya mau bilang tempatnya jauh dan bakal mahal, kalau dari gerak-geriknya. Mas sopirnya frustasi banget, saya jadi kasihan. Apa yang dia katakan saya OKin aja. Lha saya gak nyiapin plan B buat ke hotel naik bus soalnya. Dan akhirnya sampe hotel dengan selamat.

Tempat hotel saya tepat di depan pintu gerbang kampus tempat saya konferensi, UESTC di daerah West Hi-Tech Zone. Besoknya saya segera menghadiri konferensi dan merasakan suasana Chengdu yang selalu berkabut dan dinginnn. Di kampus itu, ada pohon gingko yang bertebaran dimana-mana.

*Gingko Avenue*

*danau belakang tempat konferensi*

Yang paling saya khawatirkan dalam perjalanan ke China adalah makanan. Pertama, mayoritas makanannya tidak bisa dimakan, kedua, Mereka menuliskannya dengan bahasa China, hampir tidak ada huruf alphabet selama saya di Chengdu. Jadi saya sudah menyiapkan Corn Flake untuk sarapan dan abon untuk kebutuhan darurat. Untuk makan siang, sudah disediakan panitia konferensi jadi tinggal memikirkan makan malam. Worst casenya saya gak makan malam, jadi banyak-banyakin makan pas makan siang.

Hari pertama konferensi, alhamdulillah saya bertemu teman muslim Pakistan yang baru menyelesaikan studi doktornya di China. Dia membantu saya memilih makanan yang bisa dimakan saat konferensi dan memberitahu kalau ada rumah makan HALAL di dekat hotel saya. Bayangkan, rumah makan, halal, masakan asli china, dan murah, harganya sama kayak di warung-warung Indonesia. Saya bersyukur banget diberi kemudahan oleh Allah selama perjalanan ini.

*menu makanan*

*nasi campur daging + jamur*
*mi kuah+daging*

*menu makanan versi Inggris*

*tampak depan, ada gambar masjid dan tulisan halal*

Saya mendapat jadwal presentasi paling akhir di hari terakhir. Selesai konferensi, saya makan siang dan langsung cus buat ke tempat penginapan berikutnya, Lazy Bones Hostel. Saya nekat untuk naik bus dan subway untuk kesana, saya trauma naik taxi disini. Malam-malam sebelumnya saya sudah menjelajah di bing, google by teamviewer, dan terakhir baidu, mesin pencari asli buatan China. Yang paling efektif dan terpercaya tentu saja baidu. berbekal kopas-kopas huruf mandarin saya mendapatkan rute untuk ke hotel. Karena tidak bisa baca hurufnya, saya cuma menghitung berapa kali pemberhentian untuk tahu kapan saya harus turun. Untuk masalah subway, lebih mudah karena mereka menyediakan bahasa Inggris
*rute bus*
*bus khusus, pemberhentian lebih sedikit, berasa naik bus antik*

*rute subway*


Finally, sampai di hostel walau sempet nyasar-nyasar dan ditolong mas-mas yang juga bingung tempat hostelnya dimana. Tapi alhamdulillah, sampai dengan selamat dan tempatnya nyaman sekali buat traveler. Mereka menyediakan beberapa paket tour.Saya sudah merencanakan untuk menonton Changing Face Opera dan Panda Breeding Center walau masih belum tahu bagaimana kesananya, dan itu semua ada di paket tour. Sekali lagi, Alhamdulillah.
*Resepsionis*
*Single Room*

*Lounge Room*


Setelah istirahat sebentar, saya sudah merancang kegiatan selama satu setengah hari sebelum kembali ke Busan. Dari sore ke Tianfu Square(semacam alun-alun), Masjid Huacheng, cari restoran halal buat makan malam, dan nonton opera. Hari berikutnya ke Panda Breeding Center dan Jinlian Street. Untuk detailnya, Insya Allah dilanjutkan postingan berikutnya. sementara ini, laporan foto-foto dulu.

*Mie+telur*

*Tianfu Square, ada patung Bapak Mao*

*Masjid Huacheng*
*Face Changing Opera*

*Pintu masuk Panda Breeding Center*

*Panda*

*Panda njempalik*

*Red Panda*


*Hotpot khas Chengdu*


*Jinli Street, Kota Lama China*

*Jinli Street, Kota Lama China*

Komentar

  1. Blog yang menarik, mengingatkan saya akan Pertunjukan Ganti wajah Sichuan Opera , pertunjukan ini adalah pertunjukan satu-satunya di seluruh dunia, dan tehniknya dirahasiakan secara ketat. Saya mencoba menulis blog tentang hal ini, semoga anda juga suka: di http://stenote-berkata.blogspot.hk/2017/11/ganti-wajah-opera-sichuan.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Kenapa? Series 01] Kenapa rambut ahjumma di korea mayoritas keriting?

Ahjumma (hangeul: 아줌마) adalah panggilan tante atau bibi dalam bahasa korea. Arti sebenarnya adalah wanita yang menikah. Jadi walaupun masih umur 20, kalau udah nikah, bisa dipanggil ahjumma. Kalau sudah dipanggil ahjumma tuh rasanya sudah berasa tua. Kalian-kalian yang sering nonton drama korea mungkin tahu panggilan ini. Sejak saya datang di Korea dan melihat sekeliling, banyak sekali orang tua di sini. Apalagi kata temen korea saya, Busan sudah disebut kota tua. Gara-gara anak mudanya pada ke Seoul semua. Bagaimana penampakan orang tua, khusunya ahjumma di sini? penampakannya kayak gambar di bawah. Gambar ini merupakan gambaran ahjumma pada tahun 1988. Tahun 2016 pun style rambutnya ternyata tidak berubah, yaitu pendek dan dikeriting. Kenapa? *Gambaran Ahjumma di Korea* source: google  Setelah saya bertanya kepada beberapa narasumber, ada beberapa jawaban yang didapat. Yang pertama menunjukkan kalau dia itu sudah tua dan patut dihormati. Dan seperti emak-emak di Indone...

Dari Komik hingga Pengembangan Diri, Inilah Bacaaan Saya Dari Waktu ke Waktu

Kalau ditanya orang apakah hobi saya, biasanya saya jawab olahraga, nonton drama, dan membaca buku. Yang tetap konsisten dari kecil sampai sekarang adalah membaca. Olahraga sebenarnya oke-oke saja kalau diajak tapi motivasi diri semakin menurut sejak menginjak bangku kuliah. Sedangkan nonton drama baru diseriusi saat bangku kuliah dimana akses internet melimpah.  Setelah saya merenung sambil goler-goler di kasur serta dipicu dengan selesai mendengarkan podcast Raditya Dika tentang komik, saya ingin menelusuri bacaan apa saja yang saya konsumsi yang turut serta membentuk pribadi saya. Dimulai dari jaman TK sampai saat ini.  Masa Kecil Ingatan pertama saya tentang buku adalah komik Dragon Ball yang komiknya masih saya simpan sampai sekarang. Seingat saya, saya rewel pengen dibelikan komik padahal saat itu saya belum bisa baca. Akhirnya setelah dibelikan ya minta tolong dibacakan sambil memperhatikan gambarnya yang bagus. Kejadian ini terjadi saat saya masih TK. Dragon Ball menga...

Jepang, Finally...

Tiga tahun yang lalu, demi memenuhi kelengkapan data, untuk pertama kalinya saya mbolang sendirian ke luar kota. Kota tersebut adalah blitar. Tujuan saya adalah mengumpulkan data dan foto-foto di museum bung karno untuk PKM tim saya yaitu APIUS. Dari situ saya mulai merencanakan rute perjalanan, transportasi yang digunakan, dan lain-lain. Namanya juga pertama kali, saya pasti was-was. Sempat nyasar juga dan harus bertanya sana-sini saat berencana untuk pulang. Mbolang berikutnya adalah di Chengdu, China. Kalo dulu ke luar kota sendiri, ini ke luar negeri sendiri, kota yang baru saja didengar, dan tanpa kenalan di sana. Cerita lengkap bisa dilihat di sini dan sini. Dari situ saya belajar mengatur perjalanan, dari transportasi, penginapan, tempat tujuan, dan biaya yang dikeluarkan. Tepat di hari kemerdekaan tahun ini, alhamdulillah saya mbolang lagi, dan lagi-lagi sendirian, ke negara impian sejak kecil, yaitu Jepang. Tepatnya saya mbolang ke Kyoto dan Osaka. Banyak cerita yang ...