Langsung ke konten utama

Jepang, Finally...

Tiga tahun yang lalu, demi memenuhi kelengkapan data, untuk pertama kalinya saya mbolang sendirian ke luar kota. Kota tersebut adalah blitar. Tujuan saya adalah mengumpulkan data dan foto-foto di museum bung karno untuk PKM tim saya yaitu APIUS. Dari situ saya mulai merencanakan rute perjalanan, transportasi yang digunakan, dan lain-lain. Namanya juga pertama kali, saya pasti was-was. Sempat nyasar juga dan harus bertanya sana-sini saat berencana untuk pulang.

Mbolang berikutnya adalah di Chengdu, China. Kalo dulu ke luar kota sendiri, ini ke luar negeri sendiri, kota yang baru saja didengar, dan tanpa kenalan di sana. Cerita lengkap bisa dilihat di sini dan sini. Dari situ saya belajar mengatur perjalanan, dari transportasi, penginapan, tempat tujuan, dan biaya yang dikeluarkan.

Tepat di hari kemerdekaan tahun ini, alhamdulillah saya mbolang lagi, dan lagi-lagi sendirian, ke negara impian sejak kecil, yaitu Jepang. Tepatnya saya mbolang ke Kyoto dan Osaka. Banyak cerita yang didapatkan selain tempat-tempat wisata yang tentu saja menarik dan indah. Tapi proses perjalanan itu sendiri menarik untuk ditulis. Dan saya termasuk orang yang suka mengamati dan menganalisis, sok-sokan kayak detektif-detektif. Gara-gara terlalu banyak baca novel seperti 'Pasukan Mau Tahu' atau 'Lima Sekawan' waktu kecil.

Hari ke-1
Karena tiketnya harga ekonomi, waktu keberangkatan yang tidak strategis harap dimaklumi. Saya baru sampai Kansai Airport sekitar pukul 18.00.
Dari Kansai Airport, saya bergerak menuju Kyoto menggunakan kereta. Jepang terkenal dengan fasilitas keretanya dan jalurnya yang rumit. Ini adalah saat yang mendebarkan bagi saya, Kalo kalian lihat dari foto di bawah ini, Semua pembelian tiket menggunakan mesin dan banyak mesin berjejer-jejer di satu tempat. Untunglah saya sudah bertanya kepada teman dan berguru kepada Google, saya mendapatkan tiket menuju Kyoto.

Masalah berikutnya adalah kereta yang manakah yang harus saya naiki? Ternyata untuk sampai Kyoto ada dua jenis tiket, tiket biasa dan tiket ekspress. Untuk tiket biasa, saya harus transit dulu di Stasiun Osaka dan mencari kereta berikutnya. Karena saya orangnya lebih suka yang praktis, apalagi saat itu sudah menjelang malam. Daripada kesasar di tengah malam saya akhirnya pilih kereta ekspress. Untuk kereta ekspress, saya harus membayar tambahan tiket di tempat.

Setelah sampai Stasiun Kyoto, saya langsung dipertemukan dengan Kyoto Tower yang kelihatannya tidak terlalu tinggi gara-gara gedung-gedung tinggi lainnya di sampingnya.

*Kyoto Tower*

waktunya untuk makan malam. Berdasarkan informasi di website, ada kedai ramen halal di dekat stasiun. Pada saat pencarian, penyakit buta arah saya kampuh. Walaupun sudah menyiapkan berbagai macam petunjuk, tetap saja nyasar dan akhirnya tanya ke penjaga guest house yang saya lewati. Ternyata nyasarnya cukup jauh. Total waktu yang terbuang sekitar 30 menitan untuk mencari restoran halal tersebut.

Nama restoran yang saya kunjungi bernama "Ayam-ya". Namanya indonesia banget yak. Dan disana ternyata ada mbak-mbak Indonesia yang part-time disana. Untuk memesan makanannya, saya harus memesan dan membayarnya terlebih dahulu melalui mesin. Setelah membayar, akan muncul kertas semacam tiket. Kertas tersebut diberikan ke pegawai restoran.


*Penampakan depan kedai ramen "Ayam-ya"

Ada dua jenis ramen yang disediakan, Ramen dan Tsukemen. Ramen itu sama kayak yang sering kita lihat atau kita makan, kalau indonesianya mie kuah. Sedangkan Tsukemen itu dipping ramen. Kuah dan mie terpisah. Jadi kalau makan tsukemen, kita ambil mienya kemudian dicelupkan ke dalam kuahnya yang kental. Saya memilih Tori Ramen untuk santapan pertama saya di Jepang, sedangkan Tsukemen saya coba di hari terakhir saya di Kyoto, sebelum berangkat ke Osaka.

*Tori Ramen*

 *Tsukemen*

Selesai makan, sudah saatnya menuju guesthouse. Saya memilih subway sebagai alat transportasinya. Sampai di stasiun tujuan, saya kembali nyasar untuk menemukan Guesthouse saya, "Kaede Guesthouse". Saya sufah memesannya jauh hari dari booking.com. Waktu sudah memunjukkan 23.00. Waktunya istirahan untuk bangun pagi-pagi sebelum mbolang seharian.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Kenapa? Series 01] Kenapa rambut ahjumma di korea mayoritas keriting?

Ahjumma (hangeul: 아줌마) adalah panggilan tante atau bibi dalam bahasa korea. Arti sebenarnya adalah wanita yang menikah. Jadi walaupun masih umur 20, kalau udah nikah, bisa dipanggil ahjumma. Kalau sudah dipanggil ahjumma tuh rasanya sudah berasa tua. Kalian-kalian yang sering nonton drama korea mungkin tahu panggilan ini. Sejak saya datang di Korea dan melihat sekeliling, banyak sekali orang tua di sini. Apalagi kata temen korea saya, Busan sudah disebut kota tua. Gara-gara anak mudanya pada ke Seoul semua. Bagaimana penampakan orang tua, khusunya ahjumma di sini? penampakannya kayak gambar di bawah. Gambar ini merupakan gambaran ahjumma pada tahun 1988. Tahun 2016 pun style rambutnya ternyata tidak berubah, yaitu pendek dan dikeriting. Kenapa? *Gambaran Ahjumma di Korea* source: google  Setelah saya bertanya kepada beberapa narasumber, ada beberapa jawaban yang didapat. Yang pertama menunjukkan kalau dia itu sudah tua dan patut dihormati. Dan seperti emak-emak di Indone...

Dari Komik hingga Pengembangan Diri, Inilah Bacaaan Saya Dari Waktu ke Waktu

Kalau ditanya orang apakah hobi saya, biasanya saya jawab olahraga, nonton drama, dan membaca buku. Yang tetap konsisten dari kecil sampai sekarang adalah membaca. Olahraga sebenarnya oke-oke saja kalau diajak tapi motivasi diri semakin menurut sejak menginjak bangku kuliah. Sedangkan nonton drama baru diseriusi saat bangku kuliah dimana akses internet melimpah.  Setelah saya merenung sambil goler-goler di kasur serta dipicu dengan selesai mendengarkan podcast Raditya Dika tentang komik, saya ingin menelusuri bacaan apa saja yang saya konsumsi yang turut serta membentuk pribadi saya. Dimulai dari jaman TK sampai saat ini.  Masa Kecil Ingatan pertama saya tentang buku adalah komik Dragon Ball yang komiknya masih saya simpan sampai sekarang. Seingat saya, saya rewel pengen dibelikan komik padahal saat itu saya belum bisa baca. Akhirnya setelah dibelikan ya minta tolong dibacakan sambil memperhatikan gambarnya yang bagus. Kejadian ini terjadi saat saya masih TK. Dragon Ball menga...