Langsung ke konten utama

Jepang, Finally... (Hari ke-2)

Lanjutan postingan yang sudah luamaaaaaa, yaitu solo traveling saya ke Jepang, tepatnya Kyoto(ft. Osaka) setahun yang lalu. Pengen ditulis aja, mumpung masih inget pengalaman-pengalamannya sebelum lupa.

Arashiyama
Destinasi pertama yang saya kunjungi ada Arashiyama yang terkenal dengan hutan bambunya. Kalau anda sering membaca manga atau menonton anime tema sekolah, biasanya tempat ini dijadikan salah satu destinasi wisata sekolah, contohnya Oregairu.

*salah satu scene di Oregairu, backgroundnya bagus kan?*

Saya berangkat menggunakan bus kota, menggunakan fasilitas tiket terusan seharian seharga 500 Yen. Tiket ini saya beli di vending machine depan Stasiun Kyoto. Perjalanan penggunaan bus adalah transportasi terhemat untuk jalan-jalan di Kyoto, menurut saya. Namun ada satu yang menantang dalam mengendarai ini, yaitu rute perjalanannya, mbulet. Jadi sebelum nyampek di Kyoto, usahakan sudah memahami peta dan sistem kerjanya. Untuk panduannya, bisa didownload di sini.


*pemandangan setelah turun dari halte bus*

Sampai di Arashiyama, saya menikmati pemandangan sungai dan jembatan dibawah bukit-bukit hijau yang rindang. Ini kalau musim gugur pasti bagus banget warnanya. Sambil merasakan suasana musim panas di Arashiyama, saya mencari dimanakah hutan bambu berada. Setelah sempat salah belok, saya akhirnya menemukan hutan tersebut. Beruntung waktu itu masih pagi, pengunjungnya masih sepi. saya bisa dapet foto-foto tanpa orang walau skill jepret saya itu amatiran.

Di Arashiyama, terdapat beberapa spot yang bisa dikunjungi, ada Monkey Park, Bamboo Groove, ada shrine kecil, temple, dkk. Memasuki kawasan Bamboo Groove, suasana tonggeret menggema di seluruh hutan. Saya ketemu mas-mas kekar penarik becak beserta bejaknya yang disebut jinrikisha, kemudian juga terdapat perlintasan kereta api di dalam Bamboo Groove tersebut, berasa kayak di drama-drama jepang gitu deh. Saya memutar-mutar kawasan tersebut kurang lebih 3 jam, dari jam 9-12an. Itu jalan terus.


*Jinrikisha*

*kereta di perlintasan*

Capek berjalan, waktunya jajan dan cari makan. Saya sudah googling-googling tentang makanan halal di Arashiyama. Dan saya menemukan ice cream matcha halal + kroket kentang halal. Alhamdulillah. Nama tokonya Yoshiya

*Jajan-jajan di Arashiyama*

Ada satu kejadian yang kurang menyenangkan disini. Saya liburan ke Jepang bermodalkan pinjaman tongsis dan kacamata hitam dari Lena. Berhubung saya itu amatiran dalam hal potret-memotret, terutama foto selfie pake tongsis, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Salah satu faktor yang lain adalah aplikasi VSCO. Entah kenapa, aplikasi ini ngasih default face overlay di wajah. Alhasil foto yang bagus ini kan mau dikasih tambahan wajah saya.


Hasilnya jadi begini. ㅠㅠ ㅠㅠ ㅠㅠ 
Dan bunderan itu gak bisa dihapus. ㅠㅠ ㅠㅠ ㅠㅠ


Ginkakikuji
Selepas dari Arashiyama, saya bertolak ke destinasi selanjutnya, yang rencana sebenarnya adalah Kinkakuji, tetapi setelah sampai malah berada di Ginkakuji. Ringkas ceritanya saya salah naik bus.
Ginkakuji adalah salah satu Zen Temple di Kyoto. Kalo baca dari wikipedia, yang bikin adalah cucu dari Kinkaji.
Dari halte bus menuju tempat ini jalannya naik ke atas, terdapat beberapa toko yang menjual aksesoris dan oleh-oleh.
*kelinci berkimono*


* pemandangan dari tempat paling atas*

Heian Shrine
Sebenarnya saya tidak ada ke sini. tapi berhubung saya sudah kelewatan satu destinasi, tidak ada salahnya kesini karena kebetulan lewat jalan pulang. Perlu diketahui bahwa Kyoto ini punya sekitar 1600 kuil jadi bisa dikatakan sedikit-sedikit ketemu kuil.

Kyoto International Manga Museum
Manga adalah salah satu budaya modern milik jepang yang sudah mendunia. Sebagai penggemar manga tentu berkunjung ke Manga Museum adalah hal yang wajib. terdapat 3 lantai. Di lantai pertama kita bisa menjumpai barang-barang aksesori anime manga yang terkenal di dunia, mangaka booth, manga terjemahan dengan berbagai macam bahasa. Di lantai dua dan tiga saya lihat cuma sekilas, isinya manga semua, sayangnya bahasanya jepang semua. hiks. surga banget buat yang hobi baca manga. Tidak hanya menyediakan manga, terdapat juga galeri dan ruang riset tentang manga di gedung ini.

Sayangnya saya datang 30 menit sebelum museumnya tutup, dan karena itu saya tidak perlu membayar tiket masuk. Alhamdulillah. Dari museum ini, saya kembali ke guest house untuk istirahat dan makan malam sebentar.



Yasaka Shrine dan Gion
ISHOMA saya sudah saya laksanakan semua, waktunya jalan-jalan malam. Tujuannya tidak terlalu jauh dari guest house walaupun harus naik bus jug, yaitu Yasaka Shrine dan Gion. Awalnya saya tidak tahu tentang Shrine ini, niat saya cuma mengunjungi salah satu shrine di sekitar Gion. Begitu turun dari bus, Shrine ini terang benderang. memanggil-manggil untuk ditelusuri. Haha

Di dalam gelap sekali, yang paling terang adalah kumpulan lampion-lampion yang berada di tengah-tengah kuil. Saya mulai berkeliling di tempat ini. Ternyata tempat ini berkumpulnya kuil-kuil kecil. Sepertinya setiap kuil itu merupakan tempat bersemayam satu dewa. Berhubung dewa di Jepang banyak, maka kuilnya pun juga banyak. Jalan setapak di sini hanya diterangi lampu jalan redup dan lampion kuil kecil. Saya jalan-jalan sendirian seperti sedang uji nyali pas pramuka.

*Gerbang Depan Kuil*

*Lampion di Pusat Kuil*


Dari Yasaka Shrine, saya berjalan menuju Gion. Gion ini adalah kawasan tempat tinggal Geisha, wanita penghibur yang professional. Mereka dapat memainkan alat musik tradisional, menari, dan menyanyi. Dan untuk menjadi sebuah Geisha, mereka dilatih sejak kecil. Kawasan Gion ini dirawat oleh pemerintah Kyoto supaya tetap menghadirkan suasana tradisional di tengah kota Kyoto. Disini juga sama sepinya seperti di Yasaka Shrine, tapi paling tidak yang tinggal di sini adalah manusia. Hahaha


Demikian mbolak versi anak ilang milik saya untuk hari kedua. Hari ketiga dan Keempat akan saya ceritakan di posting berikutnnya yang tidak tahu kapan bakal ditulis.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Kenapa? Series 01] Kenapa rambut ahjumma di korea mayoritas keriting?

Ahjumma (hangeul: 아줌마) adalah panggilan tante atau bibi dalam bahasa korea. Arti sebenarnya adalah wanita yang menikah. Jadi walaupun masih umur 20, kalau udah nikah, bisa dipanggil ahjumma. Kalau sudah dipanggil ahjumma tuh rasanya sudah berasa tua. Kalian-kalian yang sering nonton drama korea mungkin tahu panggilan ini. Sejak saya datang di Korea dan melihat sekeliling, banyak sekali orang tua di sini. Apalagi kata temen korea saya, Busan sudah disebut kota tua. Gara-gara anak mudanya pada ke Seoul semua. Bagaimana penampakan orang tua, khusunya ahjumma di sini? penampakannya kayak gambar di bawah. Gambar ini merupakan gambaran ahjumma pada tahun 1988. Tahun 2016 pun style rambutnya ternyata tidak berubah, yaitu pendek dan dikeriting. Kenapa? *Gambaran Ahjumma di Korea* source: google  Setelah saya bertanya kepada beberapa narasumber, ada beberapa jawaban yang didapat. Yang pertama menunjukkan kalau dia itu sudah tua dan patut dihormati. Dan seperti emak-emak di Indonesia,

Situs-situs Streaming dan Download Drama Korea

*Update 24 September 2016 Sebenarnya ini postingan gak penting. Pengen aja nulis sekalian refreshing di antara deadline-deadline FP memasuki akhir semester 4 ini. Doakan bisa diberikan yang terbaik untuk hasilnya. Seperti yang sudah saya ceritakan di sini . Saya termasuk penggemar drama korea. Bahkan saya sekarang sangat update drama korea terbaru, yang bahkan masih tayang di negara asalnya sana. Niatnya kalo satu judul di sana kan ditayanginnya dua kali seminggu. Jadi saya bisa menahan hasrat menonton saya yang biasanya langsung habis satu serial gara-gara tiap ending episodenya bikin penasaran. =.= Dimanakah saya dapat drama-drama tersebut. Ini beberapa yang saya ketahui 1. Dramacrazy ( link ) Situs ini merupakan situs streaming. Yang saya sekarang menurut saya situs terupdate drama korea dan jepang. Untuk subtitlenya juga cepat. Subtitlenya menggunakan harsub (ya iya lah). Kalau yang mau streaming, saya sarankan memakai situs ini. dalam 1 episode, sumbernya biasanya lebih

Mengapa Baidu dan Naver Lebih Populer Dibanding Google di Negara Mereka?

Semua orang tahu, mesin pencari nomer 1 di dunia adalah Google. Pertama kali didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin. Mereka memiliki proyek riset untuk program Ph.D mereka di Universitas Stanford. Ide pertama dua founders ini adalah bagaimana menentukan peringkat suatu situs di antara berjuta-juta halaman web yang ada di dunia maya. Teknologi tesebut sekarang terkenal dengan nama PageRank. Berawal dari satu ide tersebut, Google berkembang, berkembang, dan berkembang terus hingga mencapai ranah otomotif dengan Google Self Driving Car . Namun, sayap mereka ternyata tidak berkembang lebar di China dan Korea Selatan. Apa yang menyebabkan Google gagal menguasai China dan Korea Selatan? Alasannya karena dua negara tersebut memiliki mesin pencari yang lebih mereka andalkan daripada Google, yaitu Baidu di China dan Naver di Korea Selatan. Saya tidak akan membahas perbedaannya secara teknis, tetapi lebih ke pendapat dan pengalaman pribadi setelah saya menggunakan kedua mesin pencari terseb