Langsung ke konten utama

Liburan berkedok konferensi, Chengdu, China (2)

"Is it too late to say sorry?" lirik lagu yang saya kutip dari lagu "sorry" punya Justin Bieber ini untuk pembaca yang ingin tahu cerita jalan-jalan di Chengdu, Desember tahun lalu. Lama amat updatenya? Iya, niat ngeblog baru muncul akhir-akhir ini. Jadi harap maklum.

Melanjutkan postingan saya sebelumnya,  postingan kali ini saya dedikasikan untuk acara jalan-jalan selama satu setengah hari. Sebelum saya berangkat, saya mencari catatan perjalanan ke Chengdu, tapi saya hanya menemukan dua artikel tentang Chengdu dalam bahasa Indonesia. Padahal, Chengdu menarik untuk dijelajahi. Harga-harga sepertinya relatif lebih murah dibandingkan di Beijing atau Shanghai. Di postingan ini saya akan membahas empat poin penting dalam jalan-jalan, yaitu transportasi, penginapan, makanan, dan tempat wisata.

Sertakan peta resolusi tinggi[nyusul]

1. Transportasi
Chengdu memiliki bandara internasional, yaitu Bandara Shuangliu. Namun tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Chengdu. Minimal transfer dulu di Beijing. Untuk yang menginginkan pesawat LCC, Air Asia menyediakan penerbangan Indonesia ke Chengdu dengan transit di Kuala Lumpur.

Untuk transportasi dalam kota, ada tiga pilihan sepengetahuan saya, yaitu taksi, bus, dan subway. Taksi lebih fleksibel dalam hal tempat tujuan, tapi hati-hati karena kebanyakan orang China tidak paham bahasa Inggris. Kalau mau aman siapkan alamat dalam huruf mandarin. Pengalaman saya dengan taksi tidak begitu baik karena masalah komunikasi tersebut.

Bus di Chengdu, termasuk bagus, mudah, dan murah. Busnya hampir sama seperti yang di korea. Ongkosnya 2 RMB tiap naik bus. Jangkauan luas, rutenya jelas dan setiap pemberhentian pasti berhenti. Tips untuk kalian-kalian yang tidak bisa bahasa mandarin, info yang diperlukan sebelum naik bus adalah nomer bus, halte keberangkatan, halte tujuan, dan jumlah pemberhentian di antara dua halte tersebut. Info-info terupdate tersebut dapat dilihat di Baidu Maps, karena Google Maps gak bisa diakses dan Bing Maps tidak update.

Opsi yang terakhir dan terbaik adalah menggunakan subway. Apalagi kalau tujuanmu masih dekat dengan jalur subway. Jalurnya hanya ada dua dan hanya berpapasan di Tianfu Square. Harganya 2 RMB tiap kali naik, pemberhentian manapun. Memiliki petunjuk dan pemberhentian dalam bahasa Inggris. Setiap masuk, barang bawaan harus dimasukkan ke dalam X-Ray dulu demi keamanan bersama.

2. Penginapan
Untuk penginapan, ada banyak pilihan dari hostel, guest house, sampai hotel bintang lima. Sebelum berangkat, anda bisa booking terlebih dahulu di situs booking penginapan. Untuk hal ini, saya menggunakan booking.com. Saya menjatuhkan pilihan ke Lazy Bones Guest House karena tempatnya yang dekat dengan stasiun subway dan pusat kota. Chengdu banyak menyediakan guest house untuk turis dari luar negeri. Mereka menyediakan informasi wisata, ruang kumpul bersama, tur wisata, dan lain sebagainya. Tidak usah khawatir yang tidak bisa bahasa mandarin karena pegawainya tentu harus bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Untuk biaya, hampir sama dengan di Indonesia. Saya memilih single room dan harganya sekitar 129 RMB per malam. Kalau mau lebih murah, bisa memilih kamar dormitory. Di sini kalian berbagi kamar dan kamar mandi untuk beberapa orang.

3. Makanan
Bagi saya yang muslim, makanan adalah poin yang sangat perlu diperhatikan. Makanan halal menjadi kekhawatiran utama selain bahasa saat pergi ke Chengdu. Rumah makan dan toko halal banyak tersedia di dekat masjid jami' Chengdu, yaitu Masjid Huacheng. Harganya bervariasi dari yang murah sampai yang mewah. Menunya ditulis dalam bahasa mandarin, tapi jangan khawatir, mereka menyediakan gambar masakannya.

Ciri-ciri makanan di Chengdu adalah panas dan pedas. Di sini terkenal dengan hotpotnya. Dan setiap makanan selalu memiliki bau dan makanan yang khas. Sepertinya ada rempah khas Sichuan di semua makanannya.

4. Tempat Wisata
Chengdu memiliki banyak tempat untuk jalan-jalan. Wisata kebudayaan atau bangunan lebih banyak di dalam kota, sedangkan untuk wisata alam, kebanyakan ada di luar kota dan cukup jauh. Tapi melihat foto-foto di Internet, jauhnya terobati dengan keindahan alamnya.

Pusat kota Chengdu berada di Tianfu Square. Di sana kita menemukan patung Mao, diktator China yang dihormati di China. Di belakang patung Mao, terdapat Museum Sains.Satu blok dari Tianfu Square, kalian bisa beristirahat sejenak di masjid Huacheng. Di malam hari, kalian bisa menikmati pertunjukan Face Changing Opera. Jika ingin membeli oleh-oleh seperti aksesoris, Jianli Street adalah tempat yang cocok untuk mendapatkanya. Research Base of Giant Panda Breeding sangat patut dicoba, melihat panda-panda yang lucuuu banget. Walau kegiatan mereka cuma makan, tidur, dan main.

Sebenarnya masih banyak cerita yang bisa dibagikan, tapi saya sudah terlalu malas melanjutkan. Mungkih bisa dilanjutkan di lain waktu.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Kenapa? Series 01] Kenapa rambut ahjumma di korea mayoritas keriting?

Ahjumma (hangeul: 아줌마) adalah panggilan tante atau bibi dalam bahasa korea. Arti sebenarnya adalah wanita yang menikah. Jadi walaupun masih umur 20, kalau udah nikah, bisa dipanggil ahjumma. Kalau sudah dipanggil ahjumma tuh rasanya sudah berasa tua. Kalian-kalian yang sering nonton drama korea mungkin tahu panggilan ini. Sejak saya datang di Korea dan melihat sekeliling, banyak sekali orang tua di sini. Apalagi kata temen korea saya, Busan sudah disebut kota tua. Gara-gara anak mudanya pada ke Seoul semua. Bagaimana penampakan orang tua, khusunya ahjumma di sini? penampakannya kayak gambar di bawah. Gambar ini merupakan gambaran ahjumma pada tahun 1988. Tahun 2016 pun style rambutnya ternyata tidak berubah, yaitu pendek dan dikeriting. Kenapa? *Gambaran Ahjumma di Korea* source: google  Setelah saya bertanya kepada beberapa narasumber, ada beberapa jawaban yang didapat. Yang pertama menunjukkan kalau dia itu sudah tua dan patut dihormati. Dan seperti emak-emak di Indone...

Dari Komik hingga Pengembangan Diri, Inilah Bacaaan Saya Dari Waktu ke Waktu

Kalau ditanya orang apakah hobi saya, biasanya saya jawab olahraga, nonton drama, dan membaca buku. Yang tetap konsisten dari kecil sampai sekarang adalah membaca. Olahraga sebenarnya oke-oke saja kalau diajak tapi motivasi diri semakin menurut sejak menginjak bangku kuliah. Sedangkan nonton drama baru diseriusi saat bangku kuliah dimana akses internet melimpah.  Setelah saya merenung sambil goler-goler di kasur serta dipicu dengan selesai mendengarkan podcast Raditya Dika tentang komik, saya ingin menelusuri bacaan apa saja yang saya konsumsi yang turut serta membentuk pribadi saya. Dimulai dari jaman TK sampai saat ini.  Masa Kecil Ingatan pertama saya tentang buku adalah komik Dragon Ball yang komiknya masih saya simpan sampai sekarang. Seingat saya, saya rewel pengen dibelikan komik padahal saat itu saya belum bisa baca. Akhirnya setelah dibelikan ya minta tolong dibacakan sambil memperhatikan gambarnya yang bagus. Kejadian ini terjadi saat saya masih TK. Dragon Ball menga...

Jepang, Finally...

Tiga tahun yang lalu, demi memenuhi kelengkapan data, untuk pertama kalinya saya mbolang sendirian ke luar kota. Kota tersebut adalah blitar. Tujuan saya adalah mengumpulkan data dan foto-foto di museum bung karno untuk PKM tim saya yaitu APIUS. Dari situ saya mulai merencanakan rute perjalanan, transportasi yang digunakan, dan lain-lain. Namanya juga pertama kali, saya pasti was-was. Sempat nyasar juga dan harus bertanya sana-sini saat berencana untuk pulang. Mbolang berikutnya adalah di Chengdu, China. Kalo dulu ke luar kota sendiri, ini ke luar negeri sendiri, kota yang baru saja didengar, dan tanpa kenalan di sana. Cerita lengkap bisa dilihat di sini dan sini. Dari situ saya belajar mengatur perjalanan, dari transportasi, penginapan, tempat tujuan, dan biaya yang dikeluarkan. Tepat di hari kemerdekaan tahun ini, alhamdulillah saya mbolang lagi, dan lagi-lagi sendirian, ke negara impian sejak kecil, yaitu Jepang. Tepatnya saya mbolang ke Kyoto dan Osaka. Banyak cerita yang ...